On 14 Apr 2020 at 13.53.36 GMT+2, "
4cuano@gmail.com" <
4cuano@gmail.com>
wrote:
Dalam kasus pandemi koronavirus SARS-CoV2 saat ini, banyak yang memakai antibodi orang yang sudah sembuh untuk dimasukkan ke dalam tubuh orang yang belum sembuh. Antibodi yang dimasukkan (lewat infus) itu nantinya akan membantu tubuh yang belum sembuh untuk membentuk antibodinya sendiri. Untuk keperluan ini dipakai plasma darah yang mengandung antibodi.
Saya cari lewat google, katanya antibodi terhadap virus Hepatitis A dan HIV, bisa ditemukan di alir liur penderita. Yang saya belum tahu adalah:
1. Apakah pada air liur orang yang sudah sembuh dari SARS-CoV2 juga ditemukan antibodi terhadap virus korona penyebabnya.
2. Kalau ada , maka apakah antibodi dalam air liur itu bisa dipakai.
Maksudnya, daripada pemindahan plasma darah yang lebih sulit, kan bisa pakai pemindahan air liur. Maksudnya dengan memindahkan air liur yang mengandung antibodi ke mulut pasien, atau ke lubang hidung pasien. Apakah akan membantu tubuh donor untuk menciptakan antibodinya sendiri "belajar" dari antibodi orang lain yang masuk.
Tetapi itu cuma pertanyaan hasil angan-angan saya sebagai orang awam.
Saya tidak tahu apakah akan ada peneliti dari kalangan sains dan medis yang akan menindaklanjuti pertanyaan saya ini.
-sw
Sepanjang pengetahuan gue sampai saat ini, mereka tidak melakukan itu om, karena resikonya lebih besar daripada manfaatnya. Jangan lupa om, untuk melakukan percobaan terhadap manusia, itu perjalannya panjang sekali om.
Namun, memang ada penelitian, mengenai, imunitas yang di turunkan, untuk covid ini, tapi penelitian ini terlalu gambang, karena, jumlahnya sedikit.
Kalau tertarik om bisa baca disini
Antibodies in Infants Born to Mothers With COVID-19 Pneumonia <
https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2763854>
Intinya, ada bukti perpindahan imunitas ke bayi, walaupun ada beberapa yang aneh, karena ada juga bayi yang mempunyai IgM yang biasanya ini hanya ada apabila, sedang terjadi infeksi. Walaupun dari hasil pemeriksaan, semua bayi ini negatif Covid 19, ddan sampai dengan 8 Maret 2020 tidak ada gejala klinis, terkena Covid.
Jadi masih banyak yang perlu di lakukan, untuk mendapatkan hasil yang berarti mengenai hal ini om.
BTW om, hepatitis A itu, agak unik om, penyakit yang selesai om, pilihannya, kalau tidak sembuh sempurna, ya bisa meninggal.
Tapi kalau sudah sembuh, biasanya kemungkinan, sakit karena re-infeksi itu sangat jarang, setidaknya begitu yang dari saya baca dan pengalaman saya om. Oleh karena itu imunisasi hepatitis A sangat bisa bermanfaat.
Namun tidak semua penyakit begitu kan om, lebih banyak penyakit yang bisa kena kembali / re-infeksi.
Kembali ke COVID, itu yang sampai saat ini belum jelas, apakah orang yang
sudah sembuh, bisa kembali sakit kembali, sesudah masa "protective" nya selesai.
Pertanyaan berikutnya, disaat mereka tidak sakit tersebut, apakah mereka mampu menularkan ke orang lain.
Kalau om jeli baca cerita, di China sekarang, sedang banyak di bicarakan mengenai, asymptomatic COVID, alias COVID tanpa gejala.
Pertanyaannya
1. Apakah, itu adalah false positif. karena rapid test itu false positif dan negatif nya tinggi.
2. Apakah ini merupakan orang yang, betul betul tidak ada gejala. Namun kalau tidak ada gejala, kenapa dia di periksa untuk COVID, soalnya untuk di periksa itu, seharusnya ada indikasi bukan?
3. Atau apakah hal ini di karenakan, akibat China membuat sistem baru, dimana, orang yang sebenarnya covid, tidak di masukan ke covid, untuk menekan statistik, dan ketika mereka membaik, mereka di test kembali, sehingga disebut lah asymptomatic. Padahal dulu sebenarnya dia sudah pernah sakit.
Terlalu banyak kemungkinan, karena tranparasi, perjalanan penyakit ini,
menjadi hal yang sensitif ahkir ahkir ini.
Kalau om tanya saya, saya agak kurang yakin apakah mereka benar benar asymptomatic.
Awalnya saya masih percaya, mungkin karena BCG, jadi bisa saja jadi asymtomatic, namun keluar berita dari WHO, yang menyatakan kemungkinan itu kecil walaupun masih dalam penelitian.
Sehingga WHO tidak mengajurkan pemberian imunisasi BCG sebagai untuk menghindari diri dari covid 19, kalau ingin baca lebih lengkap bisa lihat di sini
<
https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/bacille-calmette-gu%C3%A9rin-(bcg)-vaccination-and-covid-19>
Tapi namanya ilmu itu kan berkembang om, jadi bisa jadi di kemudian hari ini akan terjawab.
Yang saya sayangkan, kenapa harus sembunyi sembunyi dan mengaburkan data, malahan hal seperti ini, akan menghambat pengembangan itu sendiri.
--
- alien -
~ Work like you don't the money ~
~ Love like you've never been hurt ~
~ Dance like nobody is looking ~
--- SoupGate-Win32 v1.05
* Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)