• Manfaat Fiksi historis untuk katalisator evolusi jiwa

    From pulaha9@gmail.com@21:1/5 to All on Sun Apr 5 03:41:54 2020
    Maaf, saya penulis yang sama dengan akun email yang berbeda.

    Dalam tulisan awal ada yang harus direvisi. Sebenarnya sudah dari awal saya sadari, tetapi tulisan ini tertunda terus.

    Karena tulisan itu dipublish tanpa peninjauan ulang terlebih dahulu.

    1. Pendapat saya tentang J Krishnamurti dan Rudolf Steiner itu kemungkinan keliru. Mungkin keduanya memang roh yang berbeda.

    2. Sebarr.com, setelah saya teliti ulang ternyata bukan situs berita satire. Mungkin saya agak linglung barangkali, hehehehe ...

    Itu saja. Tidak ada yang lain.

    Trims
    sw

    Pada Selasa, 09 Oktober 2018 17.42.47 UTC+7, mand...@gmail.com menulis:
    Manfaat Fiksi historis untuk katalisator evolusi jiwa

    1

    Pengalaman pribadi saya:

    Setelah melihat-lihat isi injil Barnabas, saya merasa aura Yesus di situ beda dari injil Kristen. Itu masuk akal karena penulis injil Barnabas mungkin seorang muslim. Jadi ternyata aura Yesus dalam injil Barnabas merupakan pancaran dari aura muslim
    penulisnya. Setelah itu saya merasa aura Yesus dalam diri saya sudah berubah. Kelihatannya percampuran antara aura Yesus injil Barnabas dengan aura Yesus injil-injil versi Kristen menyebabkan aura Yesus versi ke-3 menurut persepsi alam bawah sadar.

    Setelah melihat sebuah ensiklopedia Islam Shia hal itu juga terjadi. Auras Islam Shia terasa beda dari aura Islam Sunni yang ada di lingkungan saya. Jadi aura Islam Shia (-lewat tulisan-tulisan orang Shia tulen-) mengikis/menegasikan pengaruh Islam
    Sunni.

    Saya juga melihat isi Novel Muhammad karya Deepak Chopra seorang spiritualis pantheis Hindu Amerika. Pancaran aura Muhammad dalam persepsi saya menjadi berubah. Itu akibat percampuran antara aura Muhammad buatan muslim dengan aura Muhammad buatan
    seorang Hindu Amerika.

    Jadi untuk mengatasi efek sebuah simbol yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar, caranya adalah dengan melihat versi lain, versi buatan ideologi lain dari simbol tersebut. Misalnya untuk merngatasi dogma Hindu India, maka beli dan baca buku
    pewayangan Jawa. Cerita pewayangan versi Hindu membawa energi gen India, sementara cerita pewayangan Jawa membawa gen dan mindset orang Jawa. Keduanya memiliki energi berbeda yang bisa bercampur adalam alam bawah sadar anda.

    Anda juga bisa mencoba dengan simbol-simbol lain. Yang efektif adalah lewat fiksi. Karena fiksi (novel, cerpen dan sejenisnya) akan mempengaruhi lewat perasaan. Sementara tulisan akademis cuma lewat intelek yang lebih dangkal.

    Istilah aura dan energi dalam tulisan di atas mungkin kurang tepat. Tetapi karena saat menulis saya tidak sempat berpikir lebih jauh/dalam, maka kedua istilah itulah yang saya pilih secera tergesa-gesa.

    =============

    2

    Menggunakan teknik (--yang saya pernah saya tulis di facebook--) di lampiran dibawah tulisan ini, saya menemukan bahwa kemungkinan besar Rudolf Steiner (pendiri Antrophosophy) dan Jiddu Krishnamurti adalah kasus inkarnasi terbelah, satu roh dengan 2
    tubuh.

    Cuma fiksi yang saya pakai adalah akun-akun "palsu" para pengguna facebook yang memakai nama Jiddu Krishnamurti dan Rudof Steiner. Karena akun-akun seperti dibawah ini juga cuma fiksi-fiksi tentang mereka berdua, bukan representasi dari RS dan JK yang
    sebenarnya:

    https://www.facebook.com/search/str/jiddu+krishnamurti/keywords_users https://www.facebook.com/search/str/rudolf+steiner/keywords_users

    Maksud saya setelah melihat yang pertama saya melihat buku JK, tidak terjadi perubahan "aura" pada tulisan-tulisan JK, lantas saya melihat yang kedua (akun-akun palsu yang memakai nama RS). Hasilnya adalah terjadi perubahan vibrasi pada tulisan-tulisan
    JK. Kemelekatan saya pada tulisan JK memudar, teruapkan. Bagi saya itu merupakan bahwa RS adalah inkarnasi roh JK yang lain. Cuma ia lebih senang sebagai JK. Mungkin hidup sebagai RS lebih sesuai dengan selera ego jiwanya.

    Untuk Osho, saya cari akun-akun yang memakai nama Osho, Rajneesh, dan lain-lain nama yang pernah digunakannya. Baru mempan setelah saya melihat berbagai akun yang memakai nama Mohan (salah kata yang ada dalam nama asli Osho), walaupun aslinya tidak
    merujuk pada Osho yang bernama asli Chandra Mohan Jain (https://www.facebook.com/search/str/mohan/keywords_search). Setelah ketemu berbagai pihak/orang yang memakai nama Mohan, aura/vibrasi pada tulisan Osho yang saya kenal selama belasan tahun memudar/
    menguap. Sejak saat itu saya kehilangan minat mengingat nama dan buku Osho. Kalau kebetulan ketemu di internet, baru melihat 2 alinea saja sudah terasa berat dan tidak berminat lagi untuk melanjutkannya. Sehingga saya saat ini sudah jarang melihat
    tulisan Osho, walau tadinya sesuai dengan minat saya.

    Kalau untuk tokoh-tokoh terlalu populer (--dalam jangka waktu "terlalu" lama--) macam Yesus, Muhammad, Buddha dan lain-lain memang agak sulit. Sampai harus melacak nama-nama alias mereka, melacak etymology kata dari nama yang digunakan, sampai melacak
    nama-nama dari berbagai inkarnasi mereka yang terdahulu, sampai harus menebak nama favorit bagi roh mereka guna mengidentifikasi diri.

    https://reincarnationresearch.com/case-categories/

    Kalau untuk Jokowi (https://groups.yahoo.com/neo/groups/Spiritual-Indonesia/conversations/messages/157410)
    saya menemukan bahwa ia lebih senang menganggap diri sebagai Karebet.

    Untuk para politisi dan tokoh publik saat ini saya memakai situs berita satire macam sebarr.com, atau kalau untuk publik Amerika Serikat www.theonion.com.

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)
  • From Sony Wongso@21:1/5 to All on Thu Aug 11 00:16:07 2022
    Kalau untuk Jokowi (https://groups.yahoo.com/neo/groups/Spiritual-Indonesia/conversations/messages/157410)
    saya menemukan bahwa ia lebih senang menganggap diri sebagai Karebet.

    Bukan pendapat pribadi, tetapi pendapat seseorang yang rasanya cukup bisa dipercaya. Karebet yang dimaksud adalah Joko Tingkir. Tetepi rekan yang satu itu juga berpendapat bahwa Jokowi juga inkarnasi dari Sultan Agung. Pendapat pihak-pihak lain yang
    juga saya pertimbangkan, adalah kemungkinan Jokowi inkarnasi dari Jenderal Sudirman.

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)
  • From Sony Wongso@21:1/5 to All on Thu Aug 11 00:42:32 2022
    Tambahan untuk tulisan 4 tahun yang lalu:

    1. Kalau seseorang ,misalnya, lahir di bulan Maret tahun 1979. Maka artinya roh-nya masuk ke alam fisik di pertengahan sampai akhir tahun 1978. Ia bisa mencoba membaca novel (/fiksi) yang ditulis (diketik) pada masa-masa itu. Karena roh sudah belajar
    sejak masih dalam kandungan ibunya. Dengan membaca novel/fiksi karya orang lain yang ditulis bersamaan dengan awal inkarnasi-nya, maka diharapkan roh bisa mempelajari ulang, memaksimalkan, pelajaran-pelajaran sekecil apapun yang yang dipelajarinya ada
    masa-masa itu.

    2. Kalau kebetulan ia tahu tentang inkarnasi terdahulu. Misalnya dulu ia lahir di tahun 1879, ia juga bisa menerapkan teknik di atas dan membaca novel-novel yang ditulis sekitar masa-masa itu (1978-1979).
    Kemudian inkarnasinya itu mati di tahun 12 Juni 1927, maka teknik ini masih bisa diterapkan, misalnya dengan membaca novel-novel yang ditulis beberapa saat sampai sebelum 12 Juni 1927. Karena setelah tanggal tersebut ia berhenti belajar, maka pelajaran-
    pelajaran terakhir jelas sebaiknya dioptimalkan.

    Maaf, gaya bahasa saya agak lain (agak cacat); karena beberapa tahun terakhir, sudah jarang menulis.

    Komentar tambahan yang sedikit agak melenceng. Berbeda dengan Achintya (dari Hindu Bali) dan simbol-simbol agama nonsemit, Allah dan YHW tidak pernah dilukis atau dipatungkan karena alasan teologis. Sehingga seorang seniman patung misalnya bisa mencoba
    membuat patung Allah SWT karena alasan yang dijelaskan pada tulisan tahun 2018 itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dijelaskan pada pihak-pihak yang tidak mau mengerti.

    [Bagi saya apa yang ditulis di bawah (pada tahun 2018) adalah termasuk salah satu Katalis yang di bicarakan oleh Ra Material (https://www.lawofone.info/results.php?q=catalyst).]



    Pada Selasa, 09 Oktober 2018 pukul 17.42.47 UTC+7, mand...@gmail.com menulis:
    Manfaat Fiksi historis untuk katalisator evolusi jiwa

    1

    Pengalaman pribadi saya:

    Setelah melihat-lihat isi injil Barnabas, saya merasa aura Yesus di situ beda dari injil Kristen. Itu masuk akal karena penulis injil Barnabas mungkin seorang muslim. Jadi ternyata aura Yesus dalam injil Barnabas merupakan pancaran dari aura muslim
    penulisnya. Setelah itu saya merasa aura Yesus dalam diri saya sudah berubah. Kelihatannya percampuran antara aura Yesus injil Barnabas dengan aura Yesus injil-injil versi Kristen menyebabkan aura Yesus versi ke-3 menurut persepsi alam bawah sadar.

    Setelah melihat sebuah ensiklopedia Islam Shia hal itu juga terjadi. Auras Islam Shia terasa beda dari aura Islam Sunni yang ada di lingkungan saya. Jadi aura Islam Shia (-lewat tulisan-tulisan orang Shia tulen-) mengikis/menegasikan pengaruh Islam
    Sunni.

    Saya juga melihat isi Novel Muhammad karya Deepak Chopra seorang spiritualis pantheis Hindu Amerika. Pancaran aura Muhammad dalam persepsi saya menjadi berubah. Itu akibat percampuran antara aura Muhammad buatan muslim dengan aura Muhammad buatan
    seorang Hindu Amerika.

    Jadi untuk mengatasi efek sebuah simbol yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar, caranya adalah dengan melihat versi lain, versi buatan ideologi lain dari simbol tersebut. Misalnya untuk merngatasi dogma Hindu India, maka beli dan baca buku
    pewayangan Jawa. Cerita pewayangan versi Hindu membawa energi gen India, sementara cerita pewayangan Jawa membawa gen dan mindset orang Jawa. Keduanya memiliki energi berbeda yang bisa bercampur adalam alam bawah sadar anda.

    Anda juga bisa mencoba dengan simbol-simbol lain. Yang efektif adalah lewat fiksi. Karena fiksi (novel, cerpen dan sejenisnya) akan mempengaruhi lewat perasaan. Sementara tulisan akademis cuma lewat intelek yang lebih dangkal.

    Istilah aura dan energi dalam tulisan di atas mungkin kurang tepat. Tetapi karena saat menulis saya tidak sempat berpikir lebih jauh/dalam, maka kedua istilah itulah yang saya pilih secera tergesa-gesa.

    =============

    2

    Menggunakan teknik (--yang saya pernah saya tulis di facebook--) di lampiran dibawah tulisan ini, saya menemukan bahwa kemungkinan besar Rudolf Steiner (pendiri Antrophosophy) dan Jiddu Krishnamurti adalah kasus inkarnasi terbelah, satu roh dengan 2
    tubuh.

    Cuma fiksi yang saya pakai adalah akun-akun "palsu" para pengguna facebook yang memakai nama Jiddu Krishnamurti dan Rudof Steiner. Karena akun-akun seperti dibawah ini juga cuma fiksi-fiksi tentang mereka berdua, bukan representasi dari RS dan JK yang
    sebenarnya:

    https://www.facebook.com/search/str/jiddu+krishnamurti/keywords_users https://www.facebook.com/search/str/rudolf+steiner/keywords_users

    Maksud saya setelah melihat yang pertama saya melihat buku JK, tidak terjadi perubahan "aura" pada tulisan-tulisan JK, lantas saya melihat yang kedua (akun-akun palsu yang memakai nama RS). Hasilnya adalah terjadi perubahan vibrasi pada tulisan-tulisan
    JK. Kemelekatan saya pada tulisan JK memudar, teruapkan. Bagi saya itu merupakan bahwa RS adalah inkarnasi roh JK yang lain. Cuma ia lebih senang sebagai JK. Mungkin hidup sebagai RS lebih sesuai dengan selera ego jiwanya.

    Untuk Osho, saya cari akun-akun yang memakai nama Osho, Rajneesh, dan lain-lain nama yang pernah digunakannya. Baru mempan setelah saya melihat berbagai akun yang memakai nama Mohan (salah kata yang ada dalam nama asli Osho), walaupun aslinya tidak
    merujuk pada Osho yang bernama asli Chandra Mohan Jain (https://www.facebook.com/search/str/mohan/keywords_search). Setelah ketemu berbagai pihak/orang yang memakai nama Mohan, aura/vibrasi pada tulisan Osho yang saya kenal selama belasan tahun memudar/
    menguap. Sejak saat itu saya kehilangan minat mengingat nama dan buku Osho. Kalau kebetulan ketemu di internet, baru melihat 2 alinea saja sudah terasa berat dan tidak berminat lagi untuk melanjutkannya. Sehingga saya saat ini sudah jarang melihat
    tulisan Osho, walau tadinya sesuai dengan minat saya.

    Kalau untuk tokoh-tokoh terlalu populer (--dalam jangka waktu "terlalu" lama--) macam Yesus, Muhammad, Buddha dan lain-lain memang agak sulit. Sampai harus melacak nama-nama alias mereka, melacak etymology kata dari nama yang digunakan, sampai melacak
    nama-nama dari berbagai inkarnasi mereka yang terdahulu, sampai harus menebak nama favorit bagi roh mereka guna mengidentifikasi diri.

    https://reincarnationresearch.com/case-categories/

    Kalau untuk Jokowi (https://groups.yahoo.com/neo/groups/Spiritual-Indonesia/conversations/messages/157410)
    saya menemukan bahwa ia lebih senang menganggap diri sebagai Karebet.

    Untuk para politisi dan tokoh publik saat ini saya memakai situs berita satire macam sebarr.com, atau kalau untuk publik Amerika Serikat www.theonion.com.

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)