• Scrupulosity, Obsesi Ketakutan Atas Dosa yang Tak Pernah Dilakukan

    From es we@21:1/5 to All on Sat Jun 24 01:32:24 2023
    Salah satu gejala menonjol dari penderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah obsesi mereka yang luar biasa terhadap suatu hal. Bukan cuma menyangkut hal-hal kecil seperti kebersihan, OCD juga bisa berhubungan dengan dosa. Kondisi ini disebut
    dengan scrupulosity.

    Salah satu penderita scrupulosity adalah Jennifer Traig. Sejak kecil, kedua tangannya kerap terlihat memerah dan kasar karena terlalu banyak dicuci. Sebelum makan malam, ia habiskan waktu setengah jam hanya untuk menggosok kedua tangannya.

    'Kegemaran' mencuci tangan ini sebenarnya muncul sejak ia mulai belajar tentang agamanya sebelum menjalani ritual Bar Mitzvah. Kebetulan Jennifer beragama Yahudi. Sejak saat itu, ia sangat anti pada babi, bahkan ketika terkena asap daging babi, ia
    langsung membersihkan sepatu dan mencuci pakaiannya.

    "Seperti halnya penderita OCD lainnya, saya juga terobsesi pada kebersihan. Tapi karena saya banyak membaca Torah (kitab suci umat Yahudi), saya terobsesi pada definisi kebersihan sesuai dengan yang tercantum dalam kitab suci," kisahnya seperti dikutip
    dari CNN, Sabtu (14/6/2014).

    Hal senada juga dialami Tina Fariss Barbour. Dari remaja, ia selalu canggung ketika diajak makan malam bersama keluarganya. Ia lebih memilih berkonsentrasi untuk berdoa. Bahkan bila ada yang menegurnya, ia sama sekali tak ambil pusing.

    "Pertama, saya merasa harus menghapus segala dosa saya dan memohon ampunan. Lalu saya minta agar dilindungi Tuhan. Atau jika ada musibah yang menimpa keluarga saya, ini pasti karena salah saya karena kurang khusyuk berdoa," timpal Tina.

    Menurut Jonathan Abramowitz, profesor ilmu psikologi dari University of North Carolina, Chapel Hill, scrupulosity adalah gangguan OCD di mana penderita takut dosa atau mendapat azab dari Tuhan jika tidak melakukan ritual tertentu. Pada kasus Jennifer, ia
    merasa harus selalu bersih dan menghindari memegang hal-hal yang diharamkan, sedangkan Tina sangat 'gemar' berdoa.

    Bedanya dengan penderita OCD biasa, pasien scrupulosity mendasarkan obsesinya pada pandangan moral dan relijius yang mereka anut. "(Hanya saja) scrupulosity sendiri sebenarnya berarti takut dosa, padahal sebenarnya tak ada satupun aktivitas yang mereka
    lakukan yang menyebabkan munculnya perasaan berdosa," tegas Abramowitz.

    Dengan kata lain mereka melakukan sebuah kebiasaan atau ritual keagamaan secara berlebihan karena takut dosa yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Bagi umat beragama, takut dosa merupakan sebuah keharusan agar mereka tidak melakukan hal-hal yang di luar
    ketentuan Tuhan seperti perbuatan maksiat.

    Namun bila dirunut, scrupulosity bisa jadi salah satu jenis OCD yang jarang dipelajari. Ketika coba diriset di tahun 2000-an awal, diperkirakan penderitanya hanya sekitar 5-33 persen. Namun pada masyarakat di mana agama dianggap sebagai hal penting,
    angka penderita scrupulosity bisa lebih banyak dari itu. Dari riset yang sama juga diketahui di Arab Saudi penderita scrupulosity-nya mencapai 50 persen, dan di Mesir 60 persen.

    "Ada juga sebagian kecil penderita scrupulosity yang tidak alim sama sekali. Kadang mereka hanya takut melanggar aturan moral atau menyakiti perasaan orang lain," imbuh Abramowitz.

    Di balik itu Abramowitz tak percaya jika ajaran agama tertentu dapat mengakibatkan seseorang mengidap OCD, kendati mungkin mempengaruhi apakah seorang penderita OCD akan terobsesi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agamanya atau tidak. Uniknya,
    Abramowitz justru tidak pernah menemukan ada orang yang alim tapi juga mengalami scrupulosity.

    Lantas bagaimana mengatasi OCD yang satu ini? Selama ini Abramowitz mengaku menggunakan 'terapi paparan' untuk mengobati pasiennya yang terkena scrupulosity. Dalam terapi ini, tiap pasien dihadapkan pada apa yang mereka takutkan.

    Misalnya menghadapi hal-hal yang dapat memicu pemikiran obsesif seperti simbol agama, kitab suci, atau mendatangi rumah ibadah. Bisa juga dengan meminta pasien untuk melakukan ritual keagamaannya seperti layaknya orang-orang seagamanya, karena sebagian
    pasien mengalami kecemasan saat melakukannya.

    Cara ini diklaim dapat meredakan OCD unik tersebut. "Biasanya sesi terapi untuk scrupulosity hingga 12-20 kali sesi dalam seminggu, atau lima hari seminggu selama tiga minggu. Kadang anggota komunitas agama yang diikuti pasien juga dilibatkan di sini,"
    imbuh Abramowitz.


    Baca artikel detikHealth, "Scrupulosity, Obsesi Ketakutan Atas Dosa yang Tak Pernah Dilakukan" selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2608005/scrupulosity-obsesi-ketakutan-atas-dosa-yang-tak-pernah-dilakukan.

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)
  • From alien@21:1/5 to es we on Sat Jun 24 17:34:16 2023
    On 24 Jun 2023 at 10:32:24 CEST, "es we" <alexkadek980@gmail.com> wrote:

    Salah satu gejala menonjol dari penderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah obsesi mereka yang luar biasa terhadap suatu hal. Bukan cuma menyangkut
    hal-hal kecil seperti kebersihan, OCD juga bisa berhubungan dengan dosa. Kondisi ini disebut dengan scrupulosity.

    Salah satu penderita scrupulosity adalah Jennifer Traig. Sejak kecil, kedua tangannya kerap terlihat memerah dan kasar karena terlalu banyak dicuci. Sebelum makan malam, ia habiskan waktu setengah jam hanya untuk menggosok kedua tangannya.

    'Kegemaran' mencuci tangan ini sebenarnya muncul sejak ia mulai belajar tentang agamanya sebelum menjalani ritual Bar Mitzvah. Kebetulan Jennifer beragama Yahudi. Sejak saat itu, ia sangat anti pada babi, bahkan ketika terkena asap daging babi, ia langsung membersihkan sepatu dan mencuci pakaiannya.

    "Seperti halnya penderita OCD lainnya, saya juga terobsesi pada kebersihan. Tapi karena saya banyak membaca Torah (kitab suci umat Yahudi), saya terobsesi
    pada definisi kebersihan sesuai dengan yang tercantum dalam kitab suci," kisahnya seperti dikutip dari CNN, Sabtu (14/6/2014).

    Hal senada juga dialami Tina Fariss Barbour. Dari remaja, ia selalu canggung ketika diajak makan malam bersama keluarganya. Ia lebih memilih berkonsentrasi
    untuk berdoa. Bahkan bila ada yang menegurnya, ia sama sekali tak ambil pusing.

    "Pertama, saya merasa harus menghapus segala dosa saya dan memohon ampunan. Lalu saya minta agar dilindungi Tuhan. Atau jika ada musibah yang menimpa keluarga saya, ini pasti karena salah saya karena kurang khusyuk berdoa," timpal Tina.

    Menurut Jonathan Abramowitz, profesor ilmu psikologi dari University of North Carolina, Chapel Hill, scrupulosity adalah gangguan OCD di mana penderita takut dosa atau mendapat azab dari Tuhan jika tidak melakukan ritual tertentu.
    Pada kasus Jennifer, ia merasa harus selalu bersih dan menghindari memegang hal-hal yang diharamkan, sedangkan Tina sangat 'gemar' berdoa.

    Bedanya dengan penderita OCD biasa, pasien scrupulosity mendasarkan obsesinya pada pandangan moral dan relijius yang mereka anut. "(Hanya saja) scrupulosity
    sendiri sebenarnya berarti takut dosa, padahal sebenarnya tak ada satupun aktivitas yang mereka lakukan yang menyebabkan munculnya perasaan berdosa," tegas Abramowitz.

    Dengan kata lain mereka melakukan sebuah kebiasaan atau ritual keagamaan secara berlebihan karena takut dosa yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Bagi
    umat beragama, takut dosa merupakan sebuah keharusan agar mereka tidak melakukan hal-hal yang di luar ketentuan Tuhan seperti perbuatan maksiat.

    Namun bila dirunut, scrupulosity bisa jadi salah satu jenis OCD yang jarang dipelajari. Ketika coba diriset di tahun 2000-an awal, diperkirakan penderitanya hanya sekitar 5-33 persen. Namun pada masyarakat di mana agama dianggap sebagai hal penting, angka penderita scrupulosity bisa lebih banyak dari itu. Dari riset yang sama juga diketahui di Arab Saudi penderita scrupulosity-nya mencapai 50 persen, dan di Mesir 60 persen.

    "Ada juga sebagian kecil penderita scrupulosity yang tidak alim sama sekali. Kadang mereka hanya takut melanggar aturan moral atau menyakiti perasaan orang
    lain," imbuh Abramowitz.

    Di balik itu Abramowitz tak percaya jika ajaran agama tertentu dapat mengakibatkan seseorang mengidap OCD, kendati mungkin mempengaruhi apakah seorang penderita OCD akan terobsesi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agamanya atau tidak. Uniknya, Abramowitz justru tidak pernah menemukan ada orang yang alim tapi juga mengalami scrupulosity.

    Lantas bagaimana mengatasi OCD yang satu ini? Selama ini Abramowitz mengaku menggunakan 'terapi paparan' untuk mengobati pasiennya yang terkena scrupulosity. Dalam terapi ini, tiap pasien dihadapkan pada apa yang mereka takutkan.

    Misalnya menghadapi hal-hal yang dapat memicu pemikiran obsesif seperti simbol
    agama, kitab suci, atau mendatangi rumah ibadah. Bisa juga dengan meminta pasien untuk melakukan ritual keagamaannya seperti layaknya orang-orang seagamanya, karena sebagian pasien mengalami kecemasan saat melakukannya.

    Cara ini diklaim dapat meredakan OCD unik tersebut. "Biasanya sesi terapi untuk scrupulosity hingga 12-20 kali sesi dalam seminggu, atau lima hari seminggu selama tiga minggu. Kadang anggota komunitas agama yang diikuti pasien juga dilibatkan di sini," imbuh Abramowitz.


    Baca artikel detikHealth, "Scrupulosity, Obsesi Ketakutan Atas Dosa yang Tak Pernah Dilakukan" selengkapnya <https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2608005/scrupulosity-obsesi-ketakutan-atas-dosa-yang-tak-pernah-dilakukan>.

    Terima kasih menarik untuk di baca.

    Dan kalau ingin journal ilmiah mengenai ini bisa di lihat disini <https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/?term=scrupulosity&filter=datesearch.y_5>
    itu saya batasi hanya 5 tahun terbaru.

    Ada 17 articles yang membicarakan ini selama 5 tahun terahkir.
    Kalau tidak punya akses ke journal berbayar bisa coba cari di sci-hub.

    <https://sci-hub.se/>

    mudah mudahan bisa berguna

    --
    -alien-
    ~ Work like you don't need the money. ~
    ~ Love like you've never been hurt. ~
    ~ Dance like nobody is looking. ~

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)