• =?UTF-8?Q?Re=3A_ALLAH_ISLAM_SANG_DEWA_BULAN_Ditulis_oleh_Exmusli?= =?UT

    From yazir.uniska@gmail.com@21:1/5 to All on Wed May 20 05:40:27 2020
    Pada Minggu, 10 Oktober 2010 11.11.08 UTC+8, Bang Sapri menulis:
    ALLAH ISLAM SANG DEWA BULAN Ditulis oleh Exmuslim di/pada Maret 7,
    2009 Menurut Quran, Tuhan Yang Maha Esa sendirilah yang menamai diri-
    Nya Allah. “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku,
    Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14). Dalam From: Bang Sapri <djunus0724@xxxxxxxxx>Date: Sat, 4 Jul 2009 20:32:09 -0700 (PDT) ALLAH
    ISLAM SANG DEWA BULAN

    Ditulis oleh Exmuslim di/pada Maret 7, 2009

    Menurut Quran, Tuhan Yang Maha Esa sendirilah yang menamai diri-Nya
    Allah.

    “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14).

    Dalam QS 19 : 65 Tuhan bertanya : “Hal Ta’lamu Lahu Samiyyan”.

    Ayat ini dipahami oleh ulama2 Islam dengan makna: Apakah engkau
    mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti ini? Atau Apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana Pemilik nama itu (Allah)? Atau bermakna Apakah engkau
    mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini? Juga dapat berarti
    Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?

    Mungkin Muhammad sewaktu menulis ayat tersebut tidak mengetahui bahwa berabad2 sebelumnya kata Allah telah digunakan oleh orang Hindu India
    untuk menamai Tuhan mereka. Kata yang sama yang digunakan nenek moyang Muhammad untuk menyebut tuhan mereka.

    Kata “ALLAH” sebenarnya telah ada jauh sebelum munculnya Islam. Kata
    ini kemungkinan diambil dari sebutan sansekerta untuk Dewi Dhurga
    (dewi bulan-Allah).

    Dan nama “Allah” ini sebenarnya juga terdapat dalam Kitab Suci Hindu yaitu Rigveda Book 3 Hymn 30 V. 10 dan Rigveda Book 9 Hymn 67 V. 30.

    Kata Allah memang diyakini diambil dari bahasa sanskerta, namun
    “wujud” Allah yang ada pada jaman Muhammad bukanlah Dewi Durga. Hal
    ini dikarenakan percampuran kepercayaan Hindu India, dengan
    kepercayaan2 lain yang memang asli dari Jazirah Arab tersebut. Untuk
    jelasnya kita simak penjelasan berikut.

    Beberapa pengkritik islam mengatakan bahwa Allah dalam Islam adalah
    Dewa Bulan. Ini tidak Benar! Penulis yang lain mengatakan bahwa Allah
    dalam Quran berasal dari dewa bulan pada masa sebelum Islam. Ini
    mungkin benar! Kebenaran yang tak dapat disangkal adalah: konsep Allah
    dalam Quran berhubungan dengan penyembahan dewa bulan, dan secara
    tidak langsung terhadap dewa bulan itu sendiri sebagai objek
    penyembahan pada masa sebelum Islam. Lebih dari itu, pusat penyembahan
    dewa bulan pada masa sebelum Islam sama dengan tempat pusat ibadah
    haji pada masa kini yaitu Kabah di Mekah. Hampir semua ritual
    keagamaan Islam pada masa kini sama dengan semua ritual pada masa
    sebelum Muhammad, masa dimana Arab masih menyembah dewa bulan.

    Satu hal yang pasti, fakta yang tidak dapat dibantah adalah; bahwa penyembahan kepada dewa bulan tersebar luas di seluruh daerah Arab
    pada masa sebelum Muhammad.

    Yusuf Ali seorang Penulis Islam menyatakan dalam Al-qur’an terjemahan Inggrisnya di halaman 1621-1623:

    “Penyembahan dewa bulan sangat terkenal dalam bentuk penyembahan yang beragam…dewa bulan adalah dewa laki-laki pada masa India kuno. Dewa
    bulan juga merupakan dewa laki-laki dalam agama Semiric kuno, dan kata
    Arab untuk bulan “Qamar” dalam bentuk maskulin. Dengan kata lain, kata Arab untuk matahari “shams” dalam bentuk feminim. Penyembah berhala di Arab nampaknya memandang matahari sebagai seorang dewi dan bulan
    sebagai seorang dewa laki-laki.

    Di halaman 1644 footnote no 5798, dia menjelaskan mengapa “Allah” bersumpah atas nama Bulan dalam Sura 74:32, dalam footnote dia
    menjelaskan, “Bulan disembah sebagai dewa pada masa kegelapan”.

    Dalam bagian berikutnya, kami akan menjelaskan lebih rinci bagaimana berkembangnya, atau meluasnya kultus penyembahan berhala di Timur
    tengah pada masa Muhammad. Kita mulai dari Utara, kemudian ke Medina
    dan Mekah.

    • Mesopotamia

    Penyembahan dewa bulan sepertinya mulai di daerah Mesopotamia, dimana
    dewa bulan disebut dengan nama “Sin” atau kadang-kadang “Nanna”. Dikatakan bahwa “Sin adalah dewa pertama dari tiga dewa penting di
    agama Astrai (perbintangan): Sin, Dewa bulan, Shamash-dewa matahari,
    dan Ishtar-dewa planet Venus. Simbol utama dalam penyembahan dewa
    bulan adalah BULAN SABIT, symbol ini ditemukan diseluruh daerah Timur
    Tengah kuno, dimana ada penyembahan dewa berhala, dengan sebutan
    apapun juga. Ini ditemukan di daerah penemuan Arkeologi di Arab,
    Akkad, Kanaan, Mesir dan Siria. Biasanya ditemukan dengan simbol
    bintang di tengah lingkaran bulan sabit, meskipun tidak selalu, symbol bintang itu adalah bintang fajar, Venus. Orang Assyirian menyembah
    dewa bulan. Replica perunggu berbentuk bulan sabit (dibuat untuk
    ditaruh diatas tiang bendera), telah ditemukan sebagai contoh dari
    daerah Arkeologi di TelTerra. Stratum VI. Replica itu terkubur di
    benteng kuno Assyrian. (Keel, p297-29S)

    Arkeolog yang bekerja di daerah dekat Hazor dari tahun 1955-1958
    menemukan kuil dewa bulan. Mereka menemukan dua patung laki-laki
    diatas tahta dengan ukiran bulan sabit di dadanya. Ini mungkin
    perwujudan dari dewa bulan itu sendiri, atau mungkin imam-imamnya.
    Mereka juga menemukan batu yang berukiran tangan terangkat menyembah
    bulan sabit yang ada diatasnya. Pada situs yang sama mereka juga
    menemukan bagian dari patung yang lainnya dengan tulisan yang mengidentifikasi mereka sebagai “Putri-putri dari tuhan (God)”

    Pada akhirnya Babilonia mengalahkan kekaisaran Assyirian dan membangun kekaisarannya sendiri, dalam puisi kepahlawanan Babilonia yang
    terkenal, “Enuma Elish”, dewa bulan Sin, mengambil peranan. Kota Ur sangat terobsesi dengan dewa bulan sehingga mereka menyebutnya dengan
    nama mereka di beberapa batu ukiran yang ditemukan, nama Ziggurat.
    Nanar ada juga disitu. Sir Léonard Wooley menemukan kuil untuk dewa
    bulan di Ur, dan menggali banyak sekali contoh-contoh penyembahan dewa
    bulan. Semua benda-benda itu sekarang dimuseumkan di museum Inggris,
    London. Batu ukiran Ur-Nammu mempunyai symbol bulan sabit yang
    ditempatkan diatas daftar namanama dewa, menunjukkan bahwa dewa bulan
    adalah yang dewa yang terutama.

    Kota lain yang menjadi pusat penyembahan dewa bulan adalah Harran.
    Sejarawan kuno, Herodotus, dalam IV 13, 7, membicarakan mengenai kota
    itu dan kuil dewa bulannya. Kuil tersebut dibangun dan dikembangkan berulangkali pada masa itu, oleh raja-raja terkenal seperti
    Shalmanezer, Assur-Bani-pal, dan Nabonidus. Reruntuhannya masih dapat
    dilihat sampai sekarang. Dari tahun 1900 SM sampai 900 SM, raja-raja
    yang berkuasa diharapkan untuk bersumpah atas namanya (dewa bulan)
    dalam segala bentuk perjanjian (fakta) penting yang mereka buat,
    mereka memperoleh kekuatan darinya. Namanya masih dapat ditemukan
    dalam tulisan kuno berbentuk baji dan dalam batu-batu tulis.
    Dikemudian waktu, kita membaca dalam sejarah Roma bahwa kaisar
    Caracala terbunuh setelah dia kembali dari mengunjungi kuil dewa bulan
    di Harran.

    Harran memiliki versi Allahnya sendiri yang sudah diketahui dengan
    baik oleh mereka yang belajar Taurat. Dilihat dari hasil penelitian,
    Harran memiliki BAAL-nya sendiri. Tetapi di Harran, kita mendapatkan informasi bahwa BAAL adalah perwujudan lain dari dewa bulan. Sebagai
    tambahan atas berbagai nama yang diberikan pada dewa bulan, suku yang
    berbeda terkadang memberikan gagasan yang berbeda tentang dewa bulan. Beberapa suku di Arab Utara percaya bahwa dewa bulan adalah seorang
    wanita, jadi mereka memiliki DEWI Bulan.

    • Bagian Utara Madinah (Arab)

    Orang Arab mungkin telah menyembah dewa bulan sejak ribuan tahun lalu.
    Ribuan benda-benda peninggalan telah ditemukan dalam tanah dan pasir
    di daerah Timur Tengah, termasuk Arab. Simbol bulan sabit telah
    ditemukan di materai, batu tulis, barang tembikar, jimat-jimat, benda
    dari tanah liat, timbangan, anting-anting, kalung, dan benda-benda
    yang lainnya. Kita tahu dari catatan bahwa raja Babilonia yang
    terakhir, Nabonidus, pergi ke Tayma, di hijaz, 1000 tahun sebelum
    Muhammad lahir. Dia tinggal disana untuk beberapa waktu, dan sementara
    ia disana, ia membuat Tayma menjadi pusat untuk penyembahan dewa
    bulan. Banyak sekali ditemukan naskah yang menyangkut penyembahan dewa
    bulan diarea itu, termasuk “Stele o/ nabonidus” Dalam ukiran pahat
    kuno itu raja sendiri terlihat bersamaan dengan simbol bulan sabit
    besar di sebelahnya.

    Tayma terletak 230 mil dari Medina. Tempat lain di daerah Utara juga
    telah digali. Ukiran-ukiran di batu dan mangkuk-mangkuk yang dipakai
    untuk ritual kegamaan pada “putri-putri allah” telah di temukan dan didokumentasikan. Tiga putri dari allah, Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat, seringkali terlihat dengan simbol bulan sabit diatasnya-dewa bulan,
    (bahkan Prof. Muhhamad Mohar Ali, pengajar sejarah Islam di
    Universitas Islam di Madinah, menyatakan dalam kuliah Pra-Islam di
    Arab, bahwa prasasti yang ditujukan untuk ‘allah’ pada masa sebelum
    Islam telah ditemukan di daerah Utara, daerah dimana dewa bulan di
    sembah). Dapat terlihat bahwa tiga putri ‘allah’ sangat penting di
    daerah Utara Arab.

    Jika anda mau, anda dapat membaca tentang penemuan arkeologinya dalam
    buku2 ini:

    1) Aramaic Inscripticns o/ the Sth Century, Jones, xyi956, pp 1-9
    (Isaac Rabinoiuitz)

    2) Another Aramaic Record o/ the Noth Arabian Goddes Han’Laat, Jones, XVIII,1959,pp 154-155 (Rabinouiitz)

    3) The Goddess Atirat in Ancient Arabia, in Babylon and Ugarit: Her
    Relation to The Moon God and the Sun Goddess, Orientalia Louiensia
    Periodica, 3:101-109.

    4) Iconography and Character of the Arab Goddess Allât, found in
    Etudes Preliminaries Aux Religions Orientales Dans L Empire Roman, ed. Maarten J. Verseren, Leiden, Brill,1978, pp 331351 (HJ. Drivers)

    • Daerah Selatan Arab, Tepat di kota Mekah (dan sekitarnya)

    Kerajaan Saba terletak di daerah Selatan Arab. Orang dari Saba disebut Sabean. Ini adalah tempat asal “Ratu Seba” (Kejadian 1026, Ayub 1:15,6:19,1 Raja-Raja 10:15,). Kata, “Sheba” dalam bahasa Inggris
    mengacu pada asal katanya dari bahasa Ibrani – Saba. Kerajaan ini
    cukup dikenal dalam sejarah, dan dikenal baik bahwa orang Sabean
    menyembah dewa bulan, dan bintang, bahkan kata Saaba dalam bahasa Arab berarti “bintang”.

    Kerajaan Saba menguasai seluruh daerah Selatan Arab sampai pada
    perbatasan Yémen dengan Arab, dan ada kemungkinan lebih luas lagi. Pengaruhnya melebihi daerah kekuasaan mereka, bahkan sampai ke kota
    Mekah Al-qur’an menyebutkan juga mengenai Sabean (Sura 2:62, Sura
    5:69, Sura 22:17, Sura 27:29). Lebih dari itu, Sabean adalah kaum
    pedagang, sehingga pengaruh mereka tersebar kemanapun karavan mereka
    pergi, bahkan sampai daerah barat Mekah dan Medinah, melewati laut
    Merah di Afrika. Kaum Sabean menyembah dewa bulan mereka di Sudan, dan Etiopia. Suku Saba dan penyembah berhala lainnya mempunyai banyak
    sebutan yang berbeda untuk dewa bulan mereka. Dia diberi nama seperti llumqah, atau Al-maqah, Wadd, Amm, Haiubas, Hubal, Ilah dan Sin.

    Sin adalah dewa yang sama yang disembah di Haran sampai ke Utara.
    Penyembah dewa bulan di Haran juga menyebut diri mereka sebagai kaum
    Sabean. Pada awal 1940, Gertrude Caton Thompson menemukan kuil dewa
    bulan di Hureidha, di tempat Kerajaan Saba dulu berada. Dia menemukan
    21 prasasti dari nama dewa-Sin, di sekitar kuil itu. Ada kemungkinan
    bahwa itu adalah dewa bulan yang dia temukan. Kuil dewa bulan di
    temukan juga di Awan, masih di daerah kerajaan kaum Sabean. Pada tahun
    1950, Wendell Philips, W.E Albright, Richard Bower, dan yang lainnya menemukan lebih banyak bukti penyembahan dewa bulan di kota2 Qataban,
    dan Timna, dan di ibukota kuno kerajaan Saba, Marib.

    Saudara dapat membaca lebih banyak lagi mengenai penemuan2 ini dalam
    buku2 berikut:

    1) G.C Thompson, ‘The Tombs and the Temple o/ Hureidha, 1944

    2) Carleton S. Coon, “Southern Arabias, a Problem /or the future” Smithsonia,1944

    3) G. Ryfemans, Less Religions Arabes Preislamiques”

    4) RichardLe baron Bower }r. dan Franfe P. Albright, Archaeologicai Discoueries in South Arabia, Baltimore, John Hopfeins Uniuersity
    Press, 1958, p78ff

    5) Ray Cleveland, An AncientSouth Arabian Necropolis, Baltimore, John
    Hopkins University Press, 1965

    6) Nelson Glueck, Deities andDolphins, New Yorfe, Farrar, Stratass
    danGiroux, 1955

    Penelitian arkeologis tidak mengatakan banyak hal mengenai kota Mekah,
    karena pihak yang berkuasa, kaum Islamis, takut akan apa yang dapat
    ditemukan di sana. Akses untuk beberapa daerah tidak diberikan, jika
    ada peninggalan yang dapat membuat kontradiksi dengan pandangan
    “sejarah” mereka, mereka mungkin akan merahasiakannya atau bahkan memusnahkannya. Akan tetapi ada kabar baik, yaitu, ada beberapa
    penulis Islam masa kini dan Sejarawan Islam pada abad pertengahan yang
    telah cukup jujur untuk menulis sesuatu tentang penyembahan dewa bulan
    di mekah.

    “Sekitar 400 tahun sebelum Muhammad lahir, Amir bin Harath…bin Saba, keturunan Qahtan dan raja Hijaz, telah meletakkan satu berhala diatas
    atap kabah. Ini adalah salah satu dewa tertinggi Quraish (suku
    Muhammad) sebelum Islam. Dikatakan bahwa ada 360 didalam dan sekitar Kabah…selain Hubal, ada juga berhala-berhala lain, Shams, ditempatkan
    di atas atap Kabah…selam berhala-berhala yang mereka sembah, mereka
    juga menyembah bintang, matahari, dan bulan” (Hafiz Ghlam Sarwar, “Muhammad the Holy Prophet” Pafeistanj, p. 18-19)

    Jadi, kita mengetahui bahwa ada berhala yang ditempatkan di atas
    kabah, berhala yang disebut “Hubal”. Selain ini, penulis muslim juga mengatakan bahwa ada 360 berhala di dalam dan sekitar Kabah-dan 360
    adalah jumlah hari dalam Kalender Bulan. Dikatakan juga bahwa Hubal
    berbagi tempat diatas kabah dengan berhala lain “Shams” Yusuf Ali mengatakan pada kita bahwa Shams adalah dewa matahari. Di daerah
    Babilonia Sin dewa bulan berdampingan dewa matahari, Shamash. Karena
    itu Hubal adalah, dewa bulan.

    Sumber-sumber dari Musim, Sekuler dan Kristen setuju bahwa Hubal
    adalah perwujudan dari dewa bulan. Seorang penulis muslim memberikan pernyataan seperti ini:

    “Di antara banyak berhala-berhala yang disembah oleh orang Arab di
    dalam dan di luar Kabah, ada dewa Hubal dan tiga dewi, Al-lat,aI-Uzza,
    dan Manat. Hubal sebenarnya adalah perwujudan dari dewa bulan, dan
    mungkin juga dewa hujan, seperti makna kata Hubal ‘uapor’. (Mahmoud M. Ayoub, “Islam: Faith and History” (Ox/crd£ngland, One world Publications, 2004), p. 15)

    Pada tahun 2005, Reza Aslan menulis buku lain yang berjudul “NoGod but
    God: The Origins, Euolution, and Future qf Islam.” Di halaman 3 dalam
    buku itu, dia membawa para pembaca kembali ke zaman pra islam Kabah,
    dia menyatakan:

    “Disinilah…dewa-dewa pra Islam di Arab berdiam: Hubal, Dewa bulan dari Syria; Al-Uzza, dewa yang berkuasa di Mesir yang dikenal sebagai Isis
    dan di Yunani yang dikenal sebagai Aphrodite…”

    Azrarki, dalam bukunya menyebut Hubal sebagai dewa bulan. Ini berarti
    bahwa Hubal mempunyai hubungan dengan matahari, bulan. dan bintang.
    Dia tidak menyebutkan spesifik seperti Ayaoub atau Aslan, tetapi pada dasarnya mereka menyatakan point yang sama.

    “Di dalam kabah, Hubal harus menjaga karakter asli sebagai dewa
    bintang; tetapi katakter terbesarnya adalah sebagai dewa perantara.
    Bahkan, di depan dewa Hubal-lah mereka melemparkan panah undian, untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan.”( Al-Azrarki,31)

    Azrarki juga menyebut Hubal sebagai “dewa perantara” apa artinya? “perantara/bilah” artinya adalah seseorang (sesuatu) yang menyampaikan pesan kepada seseorang (sesuatu) yang lebih tinggi. Hubal, nampaknya
    melayani sebagai jembatan untuk dewa yang memiliki kekuasaan lebih
    tinggi. Orang berdoa, kepada dewa yang “tertinggi” melalui dewa yang lebih rendah ini” Dua sejarawan muslim pada abad permulaan Islam
    memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang Azrarki bicarakan.

    Ibnu Kathir dan Ibnu Ishaq menyatakan:

    Dinyatakan bahwa ketika ‘Abdul Muttalib (kakek Muhammad) menerima perlawanan dari suku Quraish dalam menggali zamzam, dia berjanji jika
    dia diberikan 10 anak, yang besar nanti dapat melindungi dia, dia akan mengorbankan satu anaknya kepada ‘allah’ di Kabah…(tahun-tahun berikutnya, dia memiliki 10 anak, dan…) sehingga mereka kembali ke
    Mekah dan… Abdul Muttalib berdiri di hadapan Hubal dan berdoa kepada ‘allah’. Kemudian dia mempersembahkan Abdullah (Ayah Muhammad) dan 10 unta sebagai kurban persembahan dan melemparkan panah undian.
    ( Melemparkan panah undian adalah cara untuk mengetahui kehendak
    bilah, seperti dadu undian). Dia ingin tahu apakah dia harus tetap
    meneruskan mempersembahkan anaknya, hasilnya adalah dia tidak perlu mempersembahkan anaknya). Pada saat itu orang dari suku Qurais berkata
    kepada Abdul Muttalib yang berdiri di dekat Hubal dan sedang berdoa
    kepada bilah’, “Sudah Selesai! Allah-mu, berkenan kepada-mu. O’ Abdul muttalib…” (Sirat Rasul Allah. p.126)

    Dua kali disebutkan bahwa kakek Muhammad berdiri di hadapan Hubal,
    berdoa kepada ‘allah Ini mendukung apa yang di katakan oleh Azrarki. Nampaknya Hubal adalah dewa lokal, dimana orang Arab pergi kepadanya
    untuk sampai kepada dewa tertinggi, ‘allah’ Ada kemungkinan bahwa
    Hubal adalah dewa perantara ataupun bilah’ itu sendiri( tetapi hal ini tidak membuat satu perbedaan-pun. Catatan yang penting disini adalah
    baik pergi ke dewa bulan untuk sampai kepada bilah’ atau dewa bulan
    itu adalah bilah’, jelas bahwa ‘allah’, sebagaimana yang dikenal oleh para `enyembah dewa di Arab, dalam cara tertentu$ memiliki hubungan
    yang dekat dengan dewa bulan.

    Khairt-Al Saleh, di halaman 29 dalam bukunya “Fabled Cities,Pri?ices
    and Jin Trorn Arab Myths and legends” diterbitkan tahun 1985,
    mengatakan beberapa hal lain tentang Hubal:

    “Hubal tergabung dalam dewa-dewa Semitic, Baal dan Adonis dan Tammuz,
    dewa musim semi, kesuburan, pertanian dan panen.” Dia menghubungkan
    Hubal dengan Baal, dan banyak para ilmuwan lain setuju dengannya. Nama “Hubal” tidak dapap dijelaskan dari bahasa Arab.

    Dalam bukunya “Speaimen Historicae Arabum” penulisnya berpendapat
    bahwa nama itu berasal dari kata Ha-BaaL Tulisan bahasa Ibrani dan
    Arab Kuno tidak mempunyai hurup vokal, kemungkinan ini adalah salah
    satu dabi perubahan umum yang terjadi (mis: seseorang dapat membaca
    dengan kata Mohammed, Muhammad, Muhammed, Mahommet.dsb). Nama Hubal
    (dalam naskah Arab dan Ibrani herup vokalnya tidak tercatat = H B L)
    ini menunjukan adanya suatu hubungan dekat dengan kata Ibrani HABAAL
    (= BAAL).

    Baal adalah berhala yang disebutkan dalam Alcitab (Bil`ngan 253, Hosea
    9:10), Di daerah mana Baal disembah? Di Moab! Ini adalah “dewa
    kesuburan” (dari Gerhard Nehls). Amir Bin Luhaiy nampaknya memang
    membawa Hubal dari Moab.

    Ibnu Kathir mengatakan:

    Ibnu Hismah menyatakan bahwa orang terpelajar mengatakan padanya bahwa ‘Amir Bin Luhayy pergi dari Mekah ke Syiria untuk urusan bisnis dan mencapai Ma’ab (kemungkinan Moab) didaerah Balija. Amir kemudian
    meminta mereka untuk memberikan kepadanya berhala yang dapat di bawa
    ke tanah Arab dimana berhala itu dapat disembah, dan mereka memberikan kepadanya berhala bernama Hubal. Berhala ini dia bawa ke Mekah dan mempersiapkan acuan dan memerintahkan orang untuk menyembahnya dan memuliakannya. (The Life of The Prophet Muhammad (Al-Sira al-
    Nabauiiyya), Volume I, J, p42)

    Selain Hubal di Kabah juga terdapat Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat.
    Dikatakan bahwa Al-Lat telah dibawa Hijaz dari Palmyra, melalui Tayma
    (kota yang telah menjadi pusat penyembahan dewa bulan). Al-Lat mungkin
    bentuk dewa Arab dari dewi Astarte, Ishtar, dalam Alkitab ‘Asherah”
    atau yang dikenal sebagai dewa matahari. Di sisi lain, beberapa orang berpikir bahwa Al-Lat sebenarnya dewa bulan didaerah Arab Utara. Al-
    lat memiliki batu kubik, dan tegak berdiri di dalam kuil kecil
    kecilnya di Al-Taif. Nama Al-lat adalah bentuk feminis dari kata Al-
    lah!

    Al-Uzza adalah dewi cinta dan kecantikan, dia diidentifikasikan dengan
    planet Venus, bintang fajar {bintang yang biasanya dilihat bersamaan
    dengan bulan sabit jauh sebelum masa Muhammad). Patungnya berdiri
    tegak di Nakhlat. Pemujaan terhadapnya sangat kuat. Manat adalah dewi
    yang asli berasal dari Arab. Nama Manat muncul di kuil Baal, di
    Palmyra, di naskah yang berasal dari tahun 32 M. Manat memiliki batu
    hitam di jalan antara Mekah dan Medina. Patungnya berdiri tegak dekat
    Qudayd. Manat adalah dewi takdir. Ketiga dewi ini sangat terkenal.
    Ketiga dewi ini, dan juga Hubal, sangat senang dengan persembahan
    korban manusia.

    Menurut Khairt al-Saeh:

    “sebagaimana penyembahan berhala dan roh-roh, ditemukan di binatang2, tanaman2, bebatuan, dan air, Arab kuno percaya pada beberapa dewa-dewi
    besar yang mereka pikir memegang kekuasaan tertinggi atas semua hal,
    yang paling terkenal diantaranya adalah Al-Lat, Al-Uzza, Manat, dan
    Hubal. Ketiga dewa yang pertama dipercaya sebagai putri-putri al-lah
    (tuhan) dan karena itulah perantaraan mereka atas nama penyembah
    mereka menjadi sesuatu yang sangat penting.”

    Yusuf Ali mengatakan beberapa hal tentang putri-putri ‘allah’ di
    halaman 1445 dari terjemahannya, footnote 5096. Dia menjelaskan bahwa
    Lat, Uzza dan Manat dikenal sebagai “Putri-Putri al-lah! Al-Saeh dan
    Ali, keduanya menghubungkan ketiga “putri-putri” itu dengan ‘allah! Arkeolog menghubungkan “putri-putri al-lah’ yang sama dengan Hubal. Prasasti tertua dimana nama Hubal ditemukan di dalamnya di temukan di Nabatea, di daerah barat laut Arabia, di daerah Barat Laut perbatasan
    Hijaz. Prasasti itu menghubungkan Hubal dengan “Ma-Na-Wat” Kata itu, Ma-Na-Wat, berasal dari tiga kata yang dijadikan satu, mengacu kepada
    tiga dewi, Manat.Uzza, dan Lat. Ini sama dengan “Putri-Putri al-lah”
    yang dilambangkan di batu-batu yang digali oleh arkeolog di daerah
    Utara Arabia, ketiga putri yang sama terlihat bersamaan dengan bulan
    sabit, dewa bulan. Menaungi mereka semua. Mungkinkah bapak mereka,
    ‘allah; adalah dewa bulan? Hal ini sangat mungkin. Ketiga dewi ini mempunyai ikatan langsung dengan dewa bulan. Ketiga dewi ini disebut
    sebagai putri-putri ‘allah Ada beberapa pendapat yang berbeda tentang
    hal ini, tapi bukti-buktinya belum meyakinkan.

    Dari Baal kepada Allah

    Hak. 2:11

    Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka
    beribadah kepada para Baal.

    Baal, Dewa Sesembahan Bangsa Moab.

    Dalam perjalanannya ke Suriah, Khuza’ah dan Jurhum meminta penduduk
    Moab untuk memberikan salah satu patung dewa sesembahan mereka. Maka
    mereka memberikannya Hubal, dan ia diletakkan dalam Ka’abah (Muhammad:
    His Life Based on the Earliest Sources [Inner Traditions
    International, LTD. One Park Street, Rochestor Vermont 05767, 1983],
    p. 5)

    Hubal, Nama Arab untuk Baal

    Ka’abah adalah tempat persemayaman Hubal, dewa Arab purba tertinggi, sesembahan utama suku Quraish (Karen Armstrong, Muhammad: A Biography
    of the Prophet [Harper San Francisco; ISBN: 0062508865; Reprint
    edition, October 1993], hal. 61-62)

    “… Menurut legenda, sekembalinya Qusayy dari perjalanan ke Syria ia membawa tiga dewi sesembahan ke Hejaz (note: jazirah Arab) yaitu al-
    Lat, al-Uzza dan Manat, juga memahkotai dewa Hubal di dalam Ka’abah
    …” (Armstrong, hal. 66;)

    Hubal adalah dewa sesembahan penduduk Mekkah yang ditempatkan di dalam Ka’abah (The Oxford Dictionary of Islam (Oxford University Press,
    2003, hal. 117)

    Baal dalam dialek Arab disebut juga Hubal. Nama ini berasal dari Ha-
    Baal, yang dalam dialek Arab artikel berupa konsonal `ha/hu’ (S. Noja, “Hubal = Allah”, Reconditi: Instituto Lombardo Di Scienze E Lettere,
    Vol. 28 (1994), hal. 283-295)

    Dari Hubal Menjadi al-Ilah

    Hubal (dari bahasa Aram yang berarti `roh’) jelas merupakan dewa utama dalam Ka’abah dan dipresentasikan dalam bentuk tubuh manusia. Di
    sampingnya terdapat tujuh anak panah yang biasa digunakan oleh para
    kahin dalam ritual mereka. Menurut tradisi ibn Hisyam, Amr bin Luhayy mendapatkan sesembahan ini dari bangsa Moab (History of the Arabs from
    the Earliest Times to the Present, revisi edisi ke-10, new preface
    oleh Walid Khalidi [Palgrave Macmillan, 2002; ISBN: 0-333-63142- 0 paperback], p. 100

    KARENA HUBAL ADALAH DEWA SESEMBAHAN YANG UTAMA, MAKA IA DISEBUT `SANG
    TUHAN, SANG ILAH’ ATAU `AL-ILAH’.

    Di Bawah Muhammad: dari al-Ilah kepada Allah

    Muhammad menghancurkan pemujaan terhadap al-Lat, al-Uzza dan Manat,
    namun berhenti menyerang sekte pemuja Hubal. Dari sini Wellhausen (sejarawan-red) menduga bahwa Hubal adalah tidak lain selain Allah, “dewa” orang-orang Mekkah.

    Islam meminjam nama “Allah” dari suku-suku Arab purba. Nama ini bervariasi di kalangan berbagai suku Nabatean. Pada akhirnya ini diaplikasikan kepada satu sesembahan yang adalah `Satu-satunya’ dan
    `Yang Utama’ (Ibn Warraq, Why I Am Not A Muslim [Prometheus Books,
    Amherst NY, 1995], pp. 39-40, 42)

    Konsep `Allah’ sebagai terminologi Arab untuk Tuhan yang Mahatinggi
    sudah familiar bagi masyarakat Arab di masa Muhammad. Yang dilakukan
    Muhammad adalah memberikan makna baru untuk membersihkannya dari
    atribut politeisme (H.A.R. Gibb, Mohammedanism: An Historical Survey
    [Oxford University Press, London 1961], p. 54)

    Berikut ini adalah Hasil-hasil Penelitian mengenai Hubal:

    S. Noja (1994): ada metamorfosa semantik dari nama Ba’al (sesembahan
    Moab) menjadi Hu-Baal dan akhirnya Hubal, dewa bulan (Arab)

    Martin Lings (1983): Hubal adalah nama Arab untuk Baal, dewa Moab yang
    dibawa pulang ke Mekkah oleh Khuza dan Jumhur setelah kunjungan mereka
    ke Suriah.

    Karen Armstrong (1993): Hubal adalah dewa Arab purba tertinggi,
    takhtanya ditempatkan di dalam Ka’abah.

    Dr. Cesar Farrah (2000): Allah sudah ada sebelum Islam. Berasal dari
    `Il’ (Babilonia), `El’ (Kanaan purba), `al-Ilah’ (Bedouin Arab) dan akhirnya `Allah’ di bawah Muhammad.

    Mahmoud Ayyub (2004): Hubal adalah dewa bulan Arab. Sementara ada juga
    tiga dewi Ka’abah lain yaitu al-Lat, al-Uzza dan Manat. Al-Lat sangat mungkin adalah bentuk feminin dari Allah!

    Begitulah trasnsformasi kata Baal menjadi Allah adalah sebuah proses antropologis. Secara kronologis:

    Baal (berhala Moab) (Hak 6:31) –> Ha-Baal/Hu-Baal/ Hubal (Noja, 1994; Lings, 1983) –> al-Ilah (yang utama) (Hitti, 1937; Armstrong, 1993) –> Allah (Ibn Warraq, 1995; Farrah, 2000; Khalidi, 2002)

    Banyak penulis yang mempermasalahkan nama Allah tersebut, namun
    sebenarnya tidak ada nama yang cukup mewakili untuk menyatakan siapa
    Tuhan itu, Konsep dibalik nama Tuhanlah yang menentukan. TUHAN disebut
    dalam berbagai nama dalam suku2 bangsa, Tuhan disebut sebagai YHWH
    (Yahudi), Allah (Arab), Jubata (Kalimantan), Debata (Batak), God
    (bahasa Inggris).

    Lalu seperti apakah konsep Allah menurut Muhammad?

    Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub,
    dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para
    nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
    antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS
    3:84)

    Konsep Allah menurut Muhammad sama dengan konsep YHWH menurut Yahudi,
    yaitu monotheisme mutlak (tauhid), dimana Tuhan tidak dapat
    diserupakan dalam wujud dan bentuk apapun. Konsep Allah dalam Islam
    didapat Muhammad dari para monotheis Arab seperti Zayd bin Amr dan
    Waraqah bin Nofal, saudara sepupu Khadijah, istri pertama Muhammad.

    Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme
    Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2
    menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini ‘Wahai Ahlul
    Kitab ! Kalian tidak memiliki dasar berdiri kecuali kalian berdiri
    tegak pada Taurat dan Injil.’ (QS 5:6)

    Nosrania / Nestorian adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen
    Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen
    ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum
    Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan
    kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks.
    Injil yang dipakai oleh kaum Nosrania adalah Injil Ibrani (Injil
    Matius) namun tidak lengkap pencatatannya. Kitab ini adalah injil yang ditujukan bagi orang2 Yahudi. Inilah salah satu sebab mengapa Muhammad menggap bahwa Yesus hanyalah nabi bagi orang Yahudi, persis seperti
    ajaran Kaum Nosrania.

    LIHAT TOPIK SELENGKAPNYA; BELAJAR AGAMA DARI WARAQAH

    Jika konsep Allah Muhammad sama dengan konsep YHWH Yahudi, mengapa
    sifat Allah begitu bertentangan dengan sifat YHWH? Tuhan, seperti yang diucapkan oleh Musa, Yesus, Zoroaster, dan Hinduisme adalah SUMMUM
    BONUM (kebaikan yang tertinggi), Allah dilain pihak adalah pribadi
    yang bengis, yang ditempa dalam khayalan penciptanya, Muhammad.

    Jika Allah benar2 Tuhan, mengapa Allah begitu kejam, dan tanpa belas
    kasihan memerintahkan muslim untuk membantai para non muslim?

    Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang
    kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung
    jari mereka. [QS 8:12]

    Mengapa Allah mewajibkan umatnya untuk merampok dan menjanjikan harta rampasan bagi umatnya?

    Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
    yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
    baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
    amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS
    2:216)

    Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat
    kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu. (QS
    48:20)

    Mengapa Allah berkolusi dengan setan untuk menyesatkan orang kafir?

    Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu
    kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat
    dengan sungguh-sungguh?,(QS 19:83)

    MENGAPA SIFAT ALLAH SAMA DENGAN SIFAT IBLIS?

    Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
    aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
    maksiat) di muka bumi, dan pasti aku (iblis) akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”.
    [QS 15:39-40]

    Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
    (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang2 yang
    bertobat kepada Nya”,[QS 13:27]

    (yang kamu sembah) selain Allah?” Mereka menjawab: “Mereka telah
    hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu”. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. [QS 40:74]

    Benarkah Allah adalah Tuhan? Ataukah ia hanyalah iblis yang menyamar
    sebagai Tuhan? Renungkanlah dengan hati nurani anda!

    [continued in next message]

    --- SoupGate-Win32 v1.05
    * Origin: fsxNet Usenet Gateway (21:1/5)